Program K 3
Komitmen dalam K3 oleh manajemen merupakan sesuatu yang
lebih bersifat prinsip dari pada sebuah aktifitas. Dari hal tersebutlah sebuah
budaya K3 terbentuk terpelihara dan menuju peningkatan yang lebih baik,
hasilnya adalah angka kecelakaan yang selalu menurun dari tahun ketahun, skill
pekerja yang meningkat, kepatuhan akan prosedur juga meningkat. Komitmen manajemen memberikan support kepada
setiap level pekerja untuk bekerja aman akan merubah pola perencanaan, eksekusi,
dan penilaian hasil kerja pada aktivitas harian kearah yang lebih baik. Selain
itu K3 akan terintegrasi di semua aspek kegiatan suatu lingkungan kerja, dengan
adanya perubahan pola tersebut, biaya secara umum akan lebih terkendali dan
terprediksi bahkan akan menurun.
Kalau memang komitmen manajemen akan membentuk budaya k3 yang lebih baik,
bagaimana kita menilai komitmen manajemen tersebut? Kurang, biasa, baik, sangat
baik?? Beberapa indikator dari komitmen
manajemen bisa kita lihat melalui pola pendekatan manajerial yang
dilakukan manajemen, sebagai misal :
Menetapkan kriteria kinerja K3
Pemantauan kinerja K3
Menyelesaikan pendapat berbeda.
Memberikan sumberdaya yang cukup
Pemantauan kinerja K3
Menyelesaikan pendapat berbeda.
Memberikan sumberdaya yang cukup
Komitmen manajemen dimulai ketika melakukan penetapan
kriteria kinerja K3 baik yang bersifat lagging indicator (misalnya : fatality,
recordable case, first aid case), juga leading indicator (misalnya training,
inspeksi, MOC, review P&ID, pembuatan prosedur dll). Manajemen akan
mendiskusikannya dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan kriteria K3 tersebut
sebagai misal menurunkan angka kasus
first aid 50% dari tahun lalu, peningkatan jumlah personil yang mengikuti
inspeksi berkala dari 60% ke 80%. Setelah ditetapkannya kinerja K3, manajemen
aktif untuk memonitor dan mengevaluasi progress. Evaluasi dapat dilakukan
dengan aktifnya manajemen dalam memberikan arahan di safety komitee meeting,
ikut serta inspeksi berkala dan memonitor tindak lanjut hasil inspeksi.
Mengevaluasi sistem safety dalam manajemen meeting dan memberikan rekomendasi.
Tool-tool manajemen ini digunakan agar implementasi K3 yang dilakukan
menghasilkan kinerja sesuai yang ditargetkan.
Pendekatan manajerial ketiga adalah menyelesaikan pendapat
berbeda. Sering kali dalam melakukan perencanaan dan penyelesaian pekerjaan
terdapat ketidak setujuan antara metode pelaksanaan dengan rencana pengendalian
yang dilakukan baik karena waktu, kompleksitas metode, tingkat urgensi dan
budget. Disinilah manajemen seharusnya bertindak sebagai penengah antara
ekspektasi hasil dengan ekspektasi K3.
Setiap level manajemen mampu melakukan dua fungsi ekspektasi
secara berimbang dan dapat dikomunikasikan kepada level dibawahnya serta
diatasnya.
Indikator yang keempat adalah manajemen memberikan
sumberdaya yang cukup untuk implementasi K3. Hal ini tentunya untuk
meningkatkan kemampuan teknis dan K3 sesuai bidang tanggung jawab setiap
personil melalui pelatihan dan penyediaan peralatan kerja yang memadai.
Manajemen dapat mereview hasil root cause analysis dari laporan incident
investigation, nearmiss maupun hasil inspeksi sebagai landasan untuk memberikan
sumberdaya yang cukup untuk mendukung tercapainya kinerja K3 yang
diinginkan.Komitmen bukan sekedar sebuah pernyataan dari manajemen tetapi lebih
kedepan adalah implementasi dari pernyataan melalui tindakan dan keikutsertaan
pada aktivitas K3 sebagai pendorong tumbuhnya budaya K3 yang permanen.
Program K 3 di indonesia wajib dijalankan oleh perusahaan BUMN dan Swasta.
Program K 3 di indonesia wajib dijalankan oleh perusahaan BUMN dan Swasta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar